Oleh: Ahmad Makki
Beberapa hari kemarin saya ngobrol-ngobrol via gadjet demi sebuah urusan dengan salah satu pengrajin pomade asal Bandung, Mas Dido. Dia menawarkan tester pomadenya kepada saya tanpa meminta direview, saya pun enggak menjanjikannya.
Tau-tau yang datang ke alamat saya sekaleng penuh ukuran reguler pomade Glimpze Light Hold (GLH). Kebetulan saya lagi seneng pakai pomade varian light.
Memakai pomade heavy, medium, atau light, menurut saya butuh perspektif berbeda. Kita mesti pakai ukuran berbeda untuk mengukur kualitas tiap varian pomade. Karenanya saya bersyukur punya selera yang cukup terbuka. Meskipun kadang saya agak jeri dengan pomade heavy yang aplikasinya menjambak.
Sabtu kemarin pomade ini langsung saya pakai, dan mendadak saya tertarik mereview karena performa yang menurut saya cukup unik.
Pomade ini hadir dengan wadah kaleng slip on yang saya kira produksi lokal. Labelnya simpel dan saya cukup suka. Keterangan yang tertera bisa dilihat di gambar.
GLH, seperti terlihat di foto, mempunyai motif permukaan cukup waxy untuk ukuran light. Aromanya cigar, tertulis di label bagian depan. Di hidung saya pomade ini memberi aroma tembakau yang agak manis dan ada sedikit nuansa musky. Seperti rokok-rokok putih luar negeri mungkin.
Aromanya oke dan aman, meski enggak terlalu memikat hidung saya yang lebih doyan bau kretek lokal yang lebih kasar.
Pencolekan tentu sangat mudah, meski langsung terasa bahwa GLH ini teksturnya lebih kental dan waxy daripada pomade light umumnya. Perataan di tangan juga mudah. Pomade langsung terdistribusi merata di telapak tangan, dengan perasaan greasy dan lengket.
GLH bisa diratakan di rambut dengan mudah, meskipun saya merasakan sedikit perlawanan, di atas rata-rata varian sejenis, begitu pun saat menyisir. Ini bisa dimaklumi karena pomade ini punya tingkat waxyness dan kelengketan cukup terasa dibanding pomade light petrolbased umumnya.
Seperti pengalaman colekan pertama, saat di rambut pomade ini sangat terasa waxyness-nya, walaupun tetap greasy. Tingkat hold pomade ini menurut saya bisa lumayan lebih kuat dari seharusnya, tapi karena terasa cukup berat, enggak bisa untuk mengangkat pomp lebih tinggi.
Karakter yang waxy dan berat ini juga yang mungkin agak mengurangi kontrolnya. Proses pembentukan rambut akan agak lebih susah dari pomade light umumnya. Tapi enggak terlalu mengganggu. Dan saat sudah set, pomade ini bisa menghasilkan slickness dan kerapatan yang bagus. Shine-nya juga bagus.
Akhir pekan ini saya lebih banyak di rumah, aktivitas full indor. GLH enggak banyak teruji. Tapi menurut saya kemampuannya sangat bagus dalam menjaga hasil sisiran. GLH akan terasa makin waxy dan kaku seiring waktu sampai tingkat tertentu. Nilai plus dalam hal menjaga daya tahan hold. Tapi seperti saya duga, karakter ini bakal sedikit mengganggu kemudahan saat recomb.
Alhasil sampai sore tatanan rambut saya enggak berubah, hold pun bisa dibilang konstan. Ketika keramas, saya mendapati sisa build up sekitar 50%. Jika rata-rata pomade light meninggalkan build up yang terasa oily, GLH menyisakan wax yang cukup signifikan di rambut saya. Saya menduga kalau saya pakai sehari lagi hold GLH bisa sampai pure medium.
Secara umum menurut saya GLH ini patut diberi kesempatan, terutama buat pemakai pomade yang masih ragu-ragu menjajal pomade light. Ketangguhannya cukup baik buat iklim tropis.
Tapi bagi teman-teman yang terbiasa dengan pomade light tradisonal dari Amerika, misalnya, mungkin perlu beradaptasi dengan efek tingkat waxyness-nya selama pemakaian. Karena GLH akan memberikan pengalaman agak berbeda dari varian light standar yang lebih lentur dan fleksibel di rambut.
Satu tes khas varian light yang belum saya coba, dengan karakter waxy-nya yang cukup menonjol, apakah pomade ini cukup bagus dijadikan topper di atas pomade heavy?
Terima kasih sudah menyimak.
No comments:
Post a Comment